Minggu, 25 September 2011

Dekonstruksi dan Multikulturalisme dalam Seni Kontemporer

Dekonstruksi dan Multikulturalisme dalam  Seni Kontemporer
(Kasus dalam Pariwisata di Bali)

Oleh : Ngurah Pratamacitra
A.   Pendahuluan
     Kebangkitan seni kontemporer di Bali terutama didorong oleh orientasi pasar yang dibaca sebagai peluang besar oleh pelaku seni. Masuknya pariwisata telah membawa segala kebutuhan untuk memenuhi selera wisatawan. Semula orientasi wisatawan adalah mencari sesuatu yang “asli” mengandung kultur Bali sebagai bukti pernah ke Bali. Tetapi dalam perkembangannya, pelaku seni juga menawarkan sesuatu yang lain sebagai diversifikasi karya, dan tambahan alternatif bagi memuaskan wisatawan. Di sinilah mulainya para seniman berperan dan mempunyai kesempatan berkarya seni kontemporer, yang memadukan unsur tradisional dengan modern, mengambil gaya berbagai etnis lain, bahkan mencopot gaya asing untuk ditempelkan dalam karyanya. Suatu karya seni yang bersifat ‘kekinian’ (kontemporer) menggambungkan  ide dari berbagai budaya (multikultur) mulai tumbuh subur dengan “pupuk” dolar wisatawan asing. Karya seni mulai bergeser sebagai produk industri, para seniman tanpa dirasakan telah berubah menjadi tukang. Karya seni dikatakan asal jadi, sehingga timbul pertanyaan : seniman atau penikmatnya yang tidak mengerti seni kontemporer?. Hal seperti inilah yang memerlukan dekonstruksi dari ke dua sisi.
     Seni kontemporer dikenal sebagai sebuah gerakan semangat baru dalam sejarah seni dunia. Napas seni kontemporer cenderung bernuansa kuat akan pencarian gaya campuran antara nilai-nilai tradisional dan modernitas. Pencarian ini membawa para seniman pada kesadaran akan demikian banyaknya dimensi kehidupan yang perlu dikaji dan dikomunikasikan atau didialogkan. Gerakan yang begitu terbuka pada wacana pluralisme, terkait langsung dengan konsep dekonstruksi dan multikulturalisme yang menjiwai gerakan budaya baru secara internasional sekarang ini. Mungkin seni kontemporer belum begitu dikenal luas oleh masyarakat dunia dan akan cukup sulit memahami konsep dasar sebuah seni kontemporer apabila pemahamaan tentang latar belakang konsep dasar itu sendiri masih sangat minim. Seni kontemporer biasanya menggali sesuatu yang sangat spesifik dan karenanya ia masih menjadi sesuatu seni tontonan yang punya kerumitan tingkat tertentu bagi mereka yang sudah terbiasa menonton seni pop yang tidak perlu pikiran tajam untuk memahaminya.
     Dekonstruksi yang dimaksud disini adalah “membongkar” penilaian seniman maupun masyarakat umum terhadap seni kontemporer, yang berbeda dengan seni yang lain. Seni kontemporer mengajak penikmat seni untuk mencoba mengenakan cara pandang lain dari yang biasa dilakukan. Karena tidak biasa maka mungkin saja di antara penikmat seni akan merasa bosan, capai, kesal, dan sebagainya. Seni kontemporer idealnya menawarkan sebuah konsep yang disebut sebuah cara pandang dekonstruktif, yakni cara menilai seni tidak dengan pola umum, tidak dengan sebuah paradigma mapan atau serba tunggal. Masalahnya, apakah seniman dan penikmat seni mau mencoba mengerti sesuatu yang baru atau yang sama sekali berbeda?. Dengan pengertian itu pulalah seni kontemporer sangat terkait erat dengan cara berkarya dan cara menikmati, yakni dekonstruksi pemahaman melalui cara pandang.
     Multikulturalisme yang dimaksud disini adalah adanya bauran berbagai budaya di dalam seni kotemporer, baik sebagai subyek maupun obyek seni. Bagaimana penonton asing yang dibawa pariwisata, bisa memahami konsep sebuah pertunjukan seni asli Indonesia apabila mereka tidak mengetahui sama sekali latar belakang budaya Indonesia, atau sebaliknya. Masih bisa pula pertanyaan ini lebih dikhususkan lagi, bagaimana penonton Indonesia sendiri dari etnis yang berbeda bisa memahami sebuah tarian dari etnis Bali atau sebaliknya?. Globalisasi yang dipercepat seiiring masuknya pariwisata, merupakan faktor utama masuknya nuansa multikulturalisme dalam seni. Apa saja faktor lain pendorong multikulturalisme dalam karya seni kontemporer ?, apakah faktor pariwisata semata atau karena arah kreatifitas seniman yang masuk ke wilayah seni dari kultur yang lain ?. Itulah pertanyaan mendasar sebagai representasi masalah keterkaitan seni kontemporer dengan dekonstruksi dan multikulturalisme…….> BERSAMBUNG KE Bagian 2 (dua)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar